Dalam urusan makan, sebenarnya balita, terutama usia 0-12 bulan, adalah
konsumer pasif. Artinya, dia lebih banyak mengonsumsi makanan yang sudah
dipilih orangtua. Dari sinilah sebetulnya anak mulai belajar perihal
pola makan.
Dokter Dida Ahmad Gurnida,
Sp.A Mkes., pengajar di sub bagian Nutrisi dan Metabolisme, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran - RS Hasan
Sadikin, Bandung, mengatakan, meskin belum ada data secara nasional
tentang gangguan makan yang ada pada anak, masalah yang paling banyak
terjadi adalah sulit makan. Hal itu terjadi khususnya pada anak usia 6
bulan ke atas.
“Ada tiga jenis gangguan pola makan yang kerap dialami
oleh balita, yaitu sulit makan, pilih-pilih makanan atau picky eater,
serta susah mengontrol nafsu makan alias makan melulu,” Ungkap dr. Dida.
Penyebab sulit makan sendiri terdiri dari dua faktor. Pertama faktor
fisik, misalnya karena ada gangguan di sistem saluran pencernaan yang
mengakibatkan si kecil mual setiap kali makan. Atau karena ada gangguan
di gigi-giginya, dan faktor fisik lainnya. “Namun, jangan panik dulu
karena presentasi akibat faktor ini kecil sekali,” katanya.
Dr. Dida
menyebutkan faktor psikis menjadi penyebab utamanya susah makan pada
balita . Faktor ini juga menjadi pemicu timbulnya gangguan makan
lainnya.
Lebih lanjut, Dra. Dini Daengsari, MSI., staf pengajar dari
jurusan Psikologi Perkembangan, Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia Depok, mengatakan secara psikis gangguan pola makan balita
ternyata tidak terlepas dari peran orangtua. Bukankah orantua yang
menyediakan makan bagi si kecil?
“Karena merasa cemas anaknya tidak
mau makan, kita (orangtua) langsung memberinya makanan sesuai porsi
kita. Atau kalau si kecil masih juga tidak mau makan, pilihannya cuma
dua. Dipaksa makan atau dimarahi,” Kata Dini. Tidak hanya itu. Biasanya
anak juga dipaksa duduk manis ketika makan. Kalau sudah begini, makan
diasosiasikan anak sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Padahal,
suasana makan yang menyenangkan amat membantu dalam pemberian makan pada
anak.
Psikologi UI ini juga mengatakan bahwa anak yang tidak bisa
mengontrol nafsu makannya juga merupakan suatu masalah. Bisa jadi, kata
Dini, ini karena kebiasaan anak dari kecil atau penyebab lainnya. “Kita
kan senang tuh melihat anak yang makan banyak, sehingga dia dibiasakan
untuk makan melulu.
Akhirnya, anak berpikir kalau makan banyak itu
adalah suatu yang diharapkan oleh orang tuanya. Masalahnya kebiasaan ini
bisa terbawa sampai ia remaja kelak,” ujarnya. “Karena kemudian
orangtuan selalu menuruti nafsu makannya, lama-kelamaan anak tidak punya
rangsangan lapar dan tidak mengenal rasa kenyang. Dia akan makan terus,
terus dan terus. Ini yang bahaya!” Tegas Dini.